Pages

SHDRP

SHDRP

19/10/16

HONAI ATAU RUMAH ADAT PAPUA





Papua umumnya rumah merupakan sebua bangunan yang berfungsi sebagai penunjang identitas keluarga, tempat manusia menjalani kehidupan. Namun, bagi suku-suku asli yang hidup dan mendiami pegunungan tengah Jayawijaya, khususnya di lembah baliem, rumah atau yang lebih dikenal dengan HONAI merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seseorang atau komunitas diperkenalkan pada norma dan adat kebiasaan atau system nilai yang berlaku dalam masyarakat.


O Silimo terdiri atas beberapa rumah yaiutu, Hun Ai (Honai) atau Pilamo (rumah laki-laki), ebe ai atau Ewe Ai (rumah perempuan), serta Hunila atau Desela, dapur berbentuk persegi panjang yang juga berfungsi sebagai rumah induk atau tempat berkumpul keluarga. Ada juga Wam Dabula atau Wam Aila (kandang babi), Wam Lalma (halaman untuk babi), Silimo (halaman umum yang terletak ditengah O Silimo), dan Okutlu atau lading kecil di sekitar O Silimo.


Satu Osili didiami oleh beberapa unit kepala keluarga. Hun Ai biasanya menyimpan benda – benda keramat klan.


Diskusi untuk menyusun strategi/program mengenai kehidupan Ekonomi, Politik dan Keamanan daerah, berbagi pengalaman dan memikirkan kesinambungan hidup kampong/suku, serta menyiapkan kegiatan adat masyarakat, selalu digelar di Honai laki-laki dewasa.


Menariknya, Honai dan Ewe Ai juga merupakan tempat pendidikan khusus. Inisiasi dilakukan di honai laki-laki dewasa untuk mengajari kaum laki-laki banyak hal sebagai persiapan menginjak usia dewasa. Honai laki-laki dewasa tidak boleh ditinggali oleh perempuan.


Honai biasanya berbentuk bulat dan berukuran 5 sampai 7 meter. Atap honai berbentuk kerucut atau kubah (dome). Bahan atapnya adalah alang-alang atau jerami. Material lain yang digunakan untuk membangun honai antara lain rotan, tali hutan (akar), alang-alang, belahan kayu, atau papan untuk tiang. Reet A.A