Papua
umumnya rumah merupakan sebua bangunan yang berfungsi sebagai penunjang
identitas keluarga, tempat manusia menjalani kehidupan. Namun, bagi suku-suku
asli yang hidup dan mendiami pegunungan tengah Jayawijaya, khususnya di lembah
baliem, rumah atau yang lebih dikenal dengan HONAI merupakan tempat
berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seseorang atau komunitas
diperkenalkan pada norma dan adat kebiasaan atau system nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
O Silimo terdiri atas beberapa rumah
yaiutu, Hun Ai (Honai) atau Pilamo (rumah laki-laki), ebe ai atau Ewe Ai (rumah
perempuan), serta Hunila atau Desela, dapur berbentuk persegi panjang yang juga
berfungsi sebagai rumah induk atau tempat berkumpul keluarga. Ada juga Wam
Dabula atau Wam Aila (kandang babi), Wam Lalma (halaman untuk babi), Silimo
(halaman umum yang terletak ditengah O Silimo), dan Okutlu atau lading kecil di
sekitar O Silimo.
Satu Osili didiami oleh beberapa
unit kepala keluarga. Hun Ai biasanya menyimpan benda – benda keramat klan.
Diskusi untuk menyusun
strategi/program mengenai kehidupan Ekonomi, Politik dan Keamanan daerah,
berbagi pengalaman dan memikirkan kesinambungan hidup kampong/suku, serta
menyiapkan kegiatan adat masyarakat, selalu digelar di Honai laki-laki dewasa.
Menariknya, Honai dan Ewe Ai juga
merupakan tempat pendidikan khusus. Inisiasi dilakukan di honai laki-laki
dewasa untuk mengajari kaum laki-laki banyak hal sebagai persiapan menginjak
usia dewasa. Honai laki-laki dewasa tidak boleh ditinggali oleh perempuan.
Honai biasanya berbentuk bulat dan
berukuran 5 sampai 7 meter. Atap honai berbentuk kerucut atau kubah (dome).
Bahan atapnya adalah alang-alang atau jerami. Material lain yang digunakan
untuk membangun honai antara lain rotan, tali hutan (akar), alang-alang,
belahan kayu, atau papan untuk tiang. Reet A.A